Tugas
KIMIA ORGANIK FISIK
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
VIII
·
RIZKA RUSTAM A
251 09 018
·
DESSY AMALIA LUBIS A
251 09 015
·
I GUSTI NGURAH PT BENI D A
251 09 016
·
I DEWA PUTU EKO S A 251 09 026
·
BAYU RIYADI A 251 09 042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
5.5.1. Mekanisme E2
Dalam
mekanisme E2, kedua gugus dilepas secara serentak, dimana proton ditarik oleh
adanya basa. Mekanisme ini berlangsung satu tahap dan secara kinetic adalah
orde kedua, orde satu terhadap subtrat dan orde satu terhadap basa. Reaksi ini
analog dengan mekanisme SN2, gugus perginya dapat positif atau
netral dan basanya bermuatan negatif atau netral.
Berdasarkan
data eksperimen menunjukan bahwa reaksi E2 adalah stereospesifik. Eliminasi
selalu terjadi dari suatu geometri periplanar, artinya bahwa semua empat atom
yang bereaksi-hidrogen, dua atom karbon, dan gugus pergi terletak pada bidang
yang sama. Ada dua geometri yang mungkin: geometri sin periplanar, dimana H dan
X pada sisi yang sama dari molekul; dan geometri anti periplanar, dimana H dsn
X ada pada posisi yang berlawanan dalam molekul. Pada kedua geometri ini, anti
periplanar lebih disukai karena memiliki konformasi “staggered” yang memiliki
energy lebih rendah, sedangkan sin
periplanar memiliki konformasi “eclips” dengan energy yang lebih tinggi.
Reaksi
eliminasi E2 dengan geometri periplanar dapat diidentikan dengan reaksi SN2
dengan geometri 180o. pada reaksi SN2, sepasang electron
dari nukleofil yang datang mendesak gugus pergi pada sisi yang berlawanan dari
molekul (serangan sisi belakang). Pada reaksi E, sepasang electron dari suatu
ikatan C-H tetangga mendesak gugus pergi pada posisi berlawanan dari molekul
(anti periplanar).
Geometri
anti periplanar untuk eliminasi E2 memiliki konsekuensi stereokomia yang pasti
yang membuktikan mekanisme yang diusulkan. Sebagai contoh,
meso-1,2-dibromo-1,2-dipeniletana mengalami eliminasi E2 pada pengolahan dengan
basa yang hanya menghasilkan E-alkena (gugus penil cis). Tidak hanya isomer
Z-alkena diharuskan memiliki geomatri sin periplanar.
Pada
system sikloheksana diketahui bahwa hampir semua seikloheksana stabil pada
konformasi kursi. Pada konformasi ini semua ikatan karbon-karbon adalah
staggered, dan eliminasi E2 bisanya berlangsung melalui keadaan transisi
staggered anti coplanar. Dua ikatan aksial bersebelahan berada dalam konformasi
anti koplar, orientasi yang ideal untuk reaksi E2. Pada dua stom karbon yang
bersebelahan, satu ikatan aksial ke atas dan satu ikatan aksial ke bawah. Kedua
ikatan aksial ini berporsi trans satu sama lain atau disebut trans-diaksial.
Reaksi eliminasi E2, pada system
sikloheksana bentuk kursi hanya dapat berlangsung bila proton dan gugus
perginya berada pada posisi trans-diaksial. Gambar 8.2 menunjukkan
dehidrohalogenasi E2 dari bromosikloheksana. Molekul harus membalik ke
konfirmasi kursi dengan atom brom aksial sebelum eliminasi dapat terjadi.
5.5.2.
Mekanisme E1
Mekanisme eliminasi unimolekuler
(E1) memberikan arti bahwa keadaan transisi penentu lajunya melibatkan suatu
molekul tunggal. Tahap penentu lajunya sama seperti tahap pertama pada reaksi SN1,
yaitu ionisasi unimolekuler secara spontan dari substrat halide membentuk suatu
intermediet karbokation. Pada tahap kedua kedua yang cepat, suatu basa menarik
proton pada atom karbon yang berdampingan. Elektron yang sebelumnya untuk
ikatan proton-karbon sekarang membentuk ikatan pi diantara kedua ataom karbon.
Mekanisme umum reaksi E1 adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Ionisasi (penentu Laju)
Tahap 2 : Penarikan
proton oleh Basa (cepat)
Mekanisme reaksi E1 ini hamper
selalu bersama dengan reaksi SN1. Pada saat karbokation membentuk,
ada dua kemungkinan eliminasi atau substitusi, dan campuran produk akan
dihasilkan. Sebagai contoh, bila 2-kloro-2-metilpropana dipanaskan pada 65oc
dalam 80% larutan etanol, campuran 2-metil-2-propanol (SN1) dan
2-metilpropena (E1) akan diperoleh.
Pada produk kedua,
2-metilpropena, merupakan proses hilangnya atom hidrogen dan atom klorin. Pada
kondisi dibawah orde peertama (tidak adanya suatu basa kuat), dehidrohalogenasi
berlangsung melalui mekanisme E1, yaitu ionisasi alkil halide menghasilkan
intermediet karbokation yang akan melepaskan hidrogen dan membentuk alkena.
Karbokation yang terbentuk dapat
bereaksi dengan suatu nukleofil untuk menghasilkan suatu produk substitusi,
atau dapat kehilangan sebuah proton pada suatu basa membentuk ikatan pi dan
menghasilkan produk eliminasi. Etanol adalah pelarutyang dapat bersikap sebagai
suatu nukleofil ataupun suatu basa dalam reaksi ini. Banyak bukti yang
diperoleh untuk mendukung mekanisme E1. Sebagaimana diharapkan reaksi E1
menunjukkan kinetika orde pertama yang konsisten dengan suatu proses disosiasi spontan.
Laju = k [RX]
Pada mekanisme E1 keterlibatan
stereokimianya tidak seperti mekanisme E2. Pada reaksi E2 geometri periplanar
diperlukan, tetapi pada reaksi E1 tidak ada syarat geometri. Intermediet
karbokation dapat melepaskan proton manapun dari posisi tetangganya yang
tersedia. Pada reaksi ini juga dapat diharapkan produk yang terbentuk adalah
produk yang lebih stabil.
5.5.3. Mekanisme E1cB
Dalam mekanisme E1, X terlepas
pertama kemudian H. dalam mekanisme E2 kedua gugus lepas pada saat yang sama.
Ada kemungkinan ketiga yaitu H lepas lebih dahulu selanjutnaya X. Pada
mekanisme ketiga ini melalui proses dua tahap dan disebut sebagai mekanisme E1cB
atau mekanisme karbanion karena intermediet yang terbentuk adalah suatu
karbanion.
Tahap 1 :
Tahap 2:
Nama E1cM berasal dari fakta bahwa basa
konjugat dari substrat yang melepaskan gugus pergi.
Berdasarkan kedua tahap eliminasi
ini dapat dapat dibedakan jalur mekanisme yang terjadi yaitu : pertama,
karbanion kembali ke substrat awal lebih cepat dari pada membentuk produk. Jadi
tahap pertama reversibel sedangkan tahap kedua lambat. Kedua, tahap pertama adalah tahap lambat yang secara esensial
irreversibel dan Ketiga, tahap pertama cepat dan karbanion secara pelan-pelan
menjadi produk. Pada mekanisme ketiga ini terjadi hanya dengan karbanion
stabil, dalam hal ini tahap pertama juga irreversibel.
Mekanisme
E1cB secara umum didapatkan pada subtract yang memiliki gugus pergi lemah, dan
hydrogen bersifat asam. Sebagai contoh adalah reaksi pembentukan bromoetuna
dari cis-1,2-dibromoetena yang berlangsung melalui mekanisme E1cB.
5.5.4. Orentasi posisi Eliminasi
: kaidah Saytzeff
Banyak senyawa dapat eliminasi
lebih dari satu cara, sehingga diperoleh produk eliminasi yang bervariasi.
Sebagai contoh adalah reaksi antara 2-bromobutana dengan kalium hidroksida yang
menghasilkan dua produk eliminasi, yaitu butena dan 2-butena.
Pada reaksi diatas produk pertama
memiliki ikatan rangkap yang termonosubstitusi, sedangkan produk kedua
mempunyai ikatan rangkap yang distribusi. Dalam sebagaian besar eliminasi E1
dan E2 dimana ada dua atau lebih kemungkinan produk yang terbentuk, maka produk
dengan ikatan rangkap yang lebih tersubstitusi lebih dominan.prinsip ini
disebut sebagai kaidah saylzeff, dan reaksi yang menghasilkan alkena tersubstitusi
lebih banyak dikatakan reaksi mengikuti orientasi Saytzeff. Telah ditetapkan
bahwa alkena tersubstitusi lebih banyak, lebih stabil dari pada lkena
tersubstittusi kurang banyak. Oleh karena itu eliminasi, khususnya E2
menghasilkan alkena yang lebih stabil.
Alkena
bersubtituen terbanyak seringkali dapat berbentuk diastereomer cis dan trans
(isomer geometri). Berdasrkan eksperimrn umumnya alkena trans lebih stabil dari
pada isomer cis. Hal ini disebabkan rintangan sterik isomer trans lebih kecil.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila alkena-alkena trans lebih melimpah
sebagai produk reaksi eliminasi.
5.5.5. Produk Hormann
Dalam keadaan tertentu, produk
utama dari dehidrohalogenasi tidak mengikuti kaidah Saytzeff dan justru alkena
terbentuk yang melimpah kurang stabil dan kurang tersubstitusi. Bila kondisinya
demikian maka dikatakan reaksi itu menghasilkan produk Hofmann.
Suatu gejala yang menghasilkan
alkena yang kurang tersubstitusi ialah adanya rintangan sterik dalam keadaan
transisi. Rintangan sterik ini dapat meningkatkan energi keadaan transisi
sedemikian banyak sehingga reaksi mengikuti jalan lain yang menghasilkan alkena
kurang tersubstitusi. Rintangan sterik dapat disebabkan oleh salah satu dari
tiga faktor berikut. Pertama, ukuran
basa menyerang. Dalam reaksi eliminasi 2-bromobutana bila digunakan ion
etoksida, alkena lebih tersubstitusi akan melimpah (80% 2-butena dan 20%
1-butena). Sedangkan bila digunakan ion t-butoksida terbentuk 1-dan 2-butena
sama banyaknya. Kedua, rintangan
sterik bisa disebabkan oleh meruahnya gugus-gugs yang mengelilingi gugus pergi
pada alkil halide. Misalnya 2-bromo-2,4,4-trimetilpentana akan menghasilkan
alkena yang kurang tersubstitusi dalam suatu reaksi E2 dengan basa yang kecil
sekalipun. Ketiga, jika gugus pergi
besar dan meruah, maka produk Hoifmann dapat lebih melimpah.
5.6. Reaksi Penataan Ulang
Banyak reaksi penataan ulang
melibatkan perpindahan suatu atom atau gugus dari satu atom ke lainnya. Ada
tiga jenis reaksi penataan ulang yang tergantung pada jumlah elektron yang
dibawa dalam perpindahan atau gugus.
a. Pindah dengan
Pasangan Elektron (Nukleofilik)
b. Pindah dengan Satu
Elektron (Radikal Bebas)
c. Pindah Tanpa
Elektron (Elektrofil, namun jarang)
Gambaran
diatas menunjukan penataan ulang 1,2 dimana gugus yang pindah bergeser ke atom
di sebelahnya. Penataan ulang yang lainnya juga dimungkinkan, artinya pindah
bukan distom yang berdampingan. Kebanyakan migrasi atom atau gugus terjadi dari
satu atom ke atom sebelahnya (perheseran 1,2) tetapi dapat juga terjadi ke atom
yang lebih jauh.
Gugus
pindah (W) dapt membawa pasangan elektronnya (penataan ulang) nukleofilik atau
anionotropik), dalam hal ini gugus tersebut berlaku sebagai suatu nukleofil.
Gugus pindah (W) juga dapat tanpa pasangan elektronnya (penataan ulang
elektrofilik atau kationotropik), atau pindah dengan hanya satu electron
(penataan ulang radikal bebas). Penataan ulang elektrofilik yang terjadi pada
hidrogen biasanya disebut penataan ulang prototropik. Atom A dalam molekul
disebut sebagai pangkal migrasi (migration origin) dan Badalah ujung migrasi
(migration terminus). Pergeseran 1,2 nukleofilik terjadi lebih umum dari pada
pergeseran elektrofilik atau radikal bebas.
Reaksi
penataan ulang pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua tipe reaksi. Tipe
pertama, gugus W berangkat dari A dan pindah ke B dari molekul yang berbeda,
atau biasa disebut sebagai penataan ulang intermolekuler. Tipe kedua adalah W
pindah dari A ke atom B dalam molekul yang sama atau biasa disebut sebagai
penataan ulang intramolekuler.
5.6.1.
Mekanisme Penataan Ulang Nukleofilik
Gugus yang berpindah pada reaksi
penataan ulang nukleofilik membawa pasangan elektronnya. Proses ini
kadang-kadang disebut pula pergeseran 1,2 Whitmore.
Ujung migrasi B harus
suatu atom yang memiliki hanya enam elektron dikulit luarnya (sektet terbuka).
Proses ini dikenal sebagai tahap kedua dalam penataan ulang nukleofilik. Tahap
pertama adalah penciptaan suatu sistem dengan sektet terbuka. Ada dua cara yang
cukup penting di sini yaitu :
a. Pembentukan suatu
Karbokation
Salah satu metode terpenting yang
dilakukan adalah penambahan asam pada alkohol.
b.
Pembentukan Nitrena
Salah satu caranya adalah dekomposisi
asilazida dengan pemanasan.
Setelah migrasi
berlangsung, atom yang sebagai pangkal migrasi menjadi suatu sektet terbuka.
Pada tahap ketiga atom ini memperoleh suatu octet. Dalam bentuk karbokation,
pada tahap ketiga seringkali terjadi kombinasi dengan suatu nukleofil (penataan
ulang dengan substitusi) dan melepaskan H+ (penataan ulang dengan
eliminasi).
Walaupun mekanisme penataan ulang
nukleofil berlangsung melalui tiga tahap, dalam banyakmreaksi dimungkinkan dua
atau tiga tahap terjadi secara serentak. Misalnya adalah nitrena pada contoh di
atas, yaitu R yang pindah dan pasangan electron dari nitrogen pindah ke ikatan
C=N menghasilkan isosianat yang stabil. Dalam contoh ini tahap kedua dan ketiga
terjadi secara serentak.
Pada reaksi substitusi, penataan
ulang terjadi melalui intermediet karbokation yang terbentuk. Karbokation
biasanya menata ulang untuk membentuk karbokation yang lebih stabil. Jadi arah
penataan ulangnya adalah primer, sekunder, dan tersier.
5.6.2. Penataan Ulang Radikal
Bebas
Penataan ulang radikal bebas 1,2
kurang lazim bila dibandingkan dengan penataan ulang nukleofilik. Penataan
ulang ini dimulai pertama dengan pembentukan suatu radikal bebas, kemudian
perpindahan gugus dimana gugus yang pindah membawa suatu elektronnya.
Terakhir, radikal
bebas harus terstabilkan oleh reaksi selanjutnya. Tingkat stabilitas radikal
bebas sama seperti pada karbokation, yaitu migrasi ini harus dengan tingkatan
primer ke sekunder dank e tersier. Sebagaimana dalam contoh PhCMe2CH2CHO
yang doreaksikan dengan di-t-butilperoksida yang menunjukan terjadinya penataan
ulang.
Perlu diingat bahwa tingkat
migrasi pada mekanisme radikal bebas ini lebih sedikit dari pada karbokation.
Pada contoh diatas, migrasi dengan radikal bebas hanya sekitar 505, tetapi pada
karbokation lebih besar lagi. Selain itu mekanisme radikal bebas tidak mengenal
migrasi gugus metil. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam radikal bebas
migrasi yang sangat umum pada karbokation tetapi tidak umum pada radikal bebas
adalah migrasi 1,2 hidrogen.
Migrasi 1,2 suatu gugus alkil
masih dimungkinkan namun pada diradikal tertentu, misalnya dalam penataan ulang
berikut :
5.6.3. Mekanisme Penataan Ulang
Elektrofilik
Mekanisme penataan ulang dimana
gugus yang migrasi tanpa membawa elektronnya jarang sekali terjadi dari pada
mekanisme penataan ulang nukleofilik dan radikal bebas. suatu karbanion atau
ion negative lain terjadi pada tahap pertama, dan tahap penataan ulang
melibatkan migrasi suatu gugus tanpa elaktronnya.
Contoh Reaksi
Penataan Ulang Pinakol :
Apabila suatu glikol atau
vic-diol direaksikan dengan asam, dapat terjadi penataan ulang yang
menghasilkan aldehida atau keton. Reaksi ini dikenal sebagai penataan ulang
pinakol, diperoleh dari senyawa pinakol Me2COHMe2 yang
tertera ulang menjadi pinakolon Me3CCOCH3.
Glikol
yang memiliki empat gugus R yang berbeda dapat menghasilkan lebih dari satu
macam produk, tergantung pada gugs mana yang pindah. Proses ini dipengaruhi
oleh kondisi reaksi dan juga sifat substrat. Misalnya reaksi antara Ph2COHCOHMe2
dengan asam sulfat pekat dingin, terjadi migrasi metil, tetapi bila dengan asam
asetat dengan sedikit asam sulfat terjadi migrasi fenil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar