Senin, 13 Desember 2021

Koneksi Antar Materi - Modul 2.3.a.9 - Kasmir Sy. Male, S.Pd., Gr

 Koneksi Antar Materi - Modul 2.3.a.9

Kasmir Sy. Male, S.Pd., Gr

CGP Angkatan 3

Kabupaten Buol

COACHING

 

Coaching dalam konteks pendidikan sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar dewantara. Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Selain itu, sebagai seorang pamong, guru dapat memberikan tuntunan melaluk pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Peran Coach di sekolah sangat dibutuhkan untuk mengarahkan semua warga dalam komunitas memaksimalkan potensi mereka dan memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, peran coach sangat dibutuhkan untuk menggali kebutuhan anak didik lebih dalam sehingga memberikan arahan mengenai kegiatan apa yang harus disediakan untuk memaksimalkan potensi sesuai dengan kebutuhan sosial emosional. Dalam praktik di sekolah, proses coaching juga tidak terlepas dari unsur sosial emosional. Untuk dapat menggali kemampuan sosial emosional murid. Coach memiliki andil yang besar untuk mengarahkan murid memaksimalkan kemampuan sosial emosional mereka sehingga mereka memiliki keterampilan untuk dapat memecahkan masalah mereka sendiri. Guru sebagai pendidik perlu memiliki keterampilan coaching sehingga dapat mengarahkan anak didiknya untuk menemukan jati diri dan mengembangkan potensi dirinya. Dalam proses coaching murid diberi kebebasan, namun pendidik sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar murid lebih terarah. Melalui proses coaching ini guru dapat membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

Dalam melaksanakan praktik coaching dibutuhkan beberapa keterampilan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Ada 4 keterampilan Dasar Coaching

  1. Keterampilan membangun dasar proses coaching
  2. Keterampilan membangun hubungan baik
  3. Keterampilan berkomunikasi
  4.  Keterampilan memfasilitasi pembelajaran 

 Coaching dapat menuntun kemerdekaan belajar murid untuk mengeksplorasi dirinya guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Coaching berbeda dengan konseling dan mentoring.

  • Coaching, mendorong coachee untuk dapat menyelesaikan atau menemukan masalahnya sendiri.
  • Mentoring, membagikan pengalamannya untuk membantu mentee dalam mengembangkan diri
  •  Konseling, membantu konseli dalam memecahkan masalahnya.

Salah satu model yang dikembangkan dalam praktek Coaching adalah Model TIRTA. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW. Model GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.

  1. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
  2. Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
  3. Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
  4. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Untuk membantu mengarahkan coach dalam proses coaching dibutuhkan langkah pengaplikasian.  Langkah Coaching Model TIRTA antara lain:

  • Tujuan utama pertemuan/pembicaraan
  • Identifikasi masalah coachee
  • Rencana aksi coachee
  • Tanggung jawab/komitmen dalam

Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif  dan Umpan balik positif.

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

  1. Melalui proses coaching ini tentunya sangat membantu saya sebagai seorang guru dalam menuntunsegala kekuatan kodrat siswa sehingga dapat memperbaiki lakunya
  2. Melalui proses coaching, saya sebagai guru dapat mengarahkan murid untuk menggali potensi dan memaksimalkannya sehingga murid ampu memecahkan masalah yang dihadapinya
  3. Melalui proses coaching, saya sebagai guru dapat membantu murid memperoleh kemerdekaan belajar dalam pembelajaran di sekolah dengan mengaktivasi kerja otak murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang reflektif. Sehingga murid memiliki kesadaran diri untuk memaksimalkan potensinya.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi Modul 3.2.a.9

 "Tugas Modul 3.2.a.9 - Koneksi Antar Materi" Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya Oleh : Kasmir Syamsudin Male, S....